Perkenalkan, namaku Handrio Dwi Kusuma yang biasa dipanggil Rio oleh
teman temanku sekantor. Aku lahir di Pontianak, 5 desember 1992. Kini
aku bekerja di salah satu perusahaan swasta terkenal di Singkawang,
Kalimantan Barat dan kini aku beserta kedua orang tuaku tinggal di kota
ini.
Aku lahir dari orangtua perantau. Ayahku keturunan Jawa dan ibuku
Sambas. Dilahirkan dari orang tua yang suka bepergian jauh membuatku
menjadi yang sekarang ini. Suka dan hobi bepergian jauh, terutama
menggunakan sepeda motor(solo riding).
Jadi kisah ini berawal dari pada saat libur kuliah semester keduaku. Aku
kuliah di salah satu universitas swasta yang cukup terkenal di Malang,
Jawa Timur. Setelah meninggalkan tanah kelahiran selama satu tahun,
akupun ingin rasanya pulang ke kampung halamanku. Maka hari itu aku
putuskan untuk pulang ke Singkawang. Karna pada saat itu, orangtuku
tinggal di sana. Ber-modalkan uang kira kira 2,5 juta dan tungganganku,
aku segera browsing di internet untuk mencari cara jalan pulang dari Malang menuju Singkawang.
Ada rute yang pertama yaitu, perjalanan darat dari Malang ke Semarang
(kira-kira 8-9jam), dilanjutkan dengan menggunakan kapal ro-ro di
Pelabuhan Tanjung Mas Semarang menuju Pelabuhan Dwikora Pontianak selama
36 - 53 jam tergantung kondisi tinggi gelombang di perairan Laut Jawa.
Kemudian dilanjutkan perjalanan darat menuju Singkawang kira-kira 3 jam
perjalan. Ini adalah rute terdekat dan tercepat.
Rute yang kedua, dari Malang ke Semarang. Namun yang ini bukan
menggunakan kapal ro-ro jurusan Semarang - Pontianak, tapi jurusan
Semarang - Kumai (pelabuhan kecil yang ada di Kabupaten Kotawaringin
Barat, Kalimantan Tengah) yang lama perjalan bisa ditempuh kira kira 24
jam, lalu dilanjutkan perjalanan darat menuju Singkawang. Aku belum tahu
sama sekali tentang jalur ini, karna belum pernah aku lewati. Aku hanya
membaca peta, google earth dan membaca blog-blog yang ada di
internet untuk mengetahui keberadaan dan kondisi jalur ini yang
merupakan Jalur Trans Kalimantan poros selatan yg baru dalam tahap
pengerjaan.
Yang ketiga, adalan rute Malang - Surabaya (via Tangjung Perak) kemudian
menggunakan kapal ro-ro jurusan Surabaya - Banjarmasin.
Jalur ini terlihat lebih jauh ketimbang dua rute sebelumnya. Namun hanya
menempuh perjalanan laut selama kurang dari 24 jam. Selebihnya, untuk
mencapai Singkawang di lanjutkan dengan perjalan darat. Sama seperti
rute yang kedua, aku tidak mengetahui sama sekali jalur dan kondisi
jalan
di jalur ini. Dan karna rasa penasaran yang tinggi, aku putuskan untuk
mengambil rute ini.
Setelah mencari cari informasi tiket kapal, akhirnya dapat. Tiket kapal
beserta motor tujuan Banjarmasin dengan biaya sebesar lebih dari Rp.
500.000,-(saya lupa, hehehe). Setelah membereskan barang dan juga tidak
lupa untuk menservice motor Honda Cs1 tahun 2009 ku. Berangkat
dari Malang, tanggal 8 oktober 2013 menuju Sidoarjo. Lho kok Sidoarjo ?
Ya, Sidoarjo. Di situlah aku menginap dan beristirahat satu malam
sebelum keberangkatan yang dijadwalkan esok sore pukul 5. Aku menginap
di rumah Bro Raden Kaisar Jr. Dia anggota club Adventurider Indonesia
(komunitas motor petualang).
Foto saat kapal belum berangkat
Pakai life jacket, biar ngapung di air.... wakwkakwakka
10 Oktober, pukul 17.00 WITA kapal tiba di Pelabuhan Trisakti
Banjarmasih. Turun ke tempat penyimpanan kendaraan, langsung ngecek si
Cesy (sebutan untuk motor Cs-1 saya). Ini yang bikin saya kesal, kaca
cembung kecil sebelah kiri hilang. Mungkin jatuh atau diambil orang, aku
gak tau. Ah gak papalah, wong cuma 5000 harganya. Wkkwkwkwk. Turun kapal, langsung di jemput oleh bikers kota Banjarmasin. Mulai dari Supra
Banjarmasin, Vario Banjarmasin, Thunder Banjarmasin, Cs-1 Banjarmasin,
Megapro Banjarmasin dan komunitas lain yang gak bisa disebutkan satu persatu.
Hehehheeh..
Tiba di penginapan, kamar kos milik anggota POC (paguyuban otomotif
club) Barabai, Kalimantan Selatan. Kami langsung menuju rumah ketua
komunitas Honda Banjarmasin, lalu menuju Pasar Lama yang letaknya di
pusat kota Banjarmasin. Makan nasi ayam murah meriah, harga cuma
Rp.6.000,-. Lanjut tidur pukul 03.00 WITA.
Nasi campur mie dan daging
Setelah kenyang, kembali ke kos. Bersiap-siap berangkat. Foto-foto sebentar bareng bikers Banjarmasin. Berangkat pukul 08.00 WITA menuju arah timur, Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Diiringi oleh teman-teman bikers, melewati salah satu jembatan paling terkenal di Kalimantan Selatan, Jembatan Barito. Sungai terbesar yang ada di Kalimantan Selatan. Setelah berfoto, saya pun berpamitan dengan teman-teman bikers. Akhirnya aku pun melanjutkan perjalan seorang diri.
Foto di sekitar Jembatan Barito Kalimantan Selatan
Lanjut gass terus sepanjang jalan... Untuk kecepatan 70-80kmj, jarak
Banjarmasin - Palangkaraya bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 4 jam
perjalanan. Kondisi jalan yang sangat mulus serta tidak banyaknya arus
lalu lintas membuat perjalananku sedikin lebih cepat. Sekitar satu jam
perjalanan dari Banjarmasin, tiba di gapura perbatasan Provinsi
Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah, otomatis perbedaan waktu pun
berubah lebih lambat satu jam dari sebelumnya. Kemudian melintasi
Kabupaten Kapuas, Kabupaten Pulang Pisau dan Kota Palangkaraya. Dan ada
yang unik dari jalur ini, yaitu di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan
Tengah. Naitu namanya jembatan Tumbang Nusa, dengan panjang kira-kira
10km. Meskipun namanya jembatan, namun tidak ada sungai atau jurang di
bawahnya. Jembatan ini hanya menggatikan fungsi jalan yang sebelumnya
dan sudah tidak terpakai, karna jalan tersebut sering banjir dan
menyebabkan kemacetan yang parah. Akhirnya pemerintah pusat dan daerah
sepakat untuk membangun jembatan tersebut.
Jembatan Tumbang Nusa
Lanjut deh,, sampai di Kota Palangkaraya. Istirahat sejenak di taman
sekitaran Bundaran Besar Kota Pangkaraya. Karna diamanahkan orang tua
untuk mampir ke rumah om ku di kota itu, maka aku segera hubungi
teman-teman bikers untuk membantu mencarikan alamatnya. Sekalian
silaturahmi sebentar di markas besar Mocca(Modifikasi Ceper Cakep
Palangkaraya). Setelah ngobrol ngalor ngidul dan akhirnya aku
minta antarkan ke rumah om ku. Ternyata gak jauh, sekitar 3 menitan
mencari akhirnya ketemu. Dan aku pun berpamitan dengan mereka.
Pagi harinya, sesuai rencana tadi malam, aku menyiapkan jerigen ini 5
liter sebanyak 2 buah. Berjaga-jaga agar di jalan tidak kehabisan
bensin. Berhubung susahnya untuk menemukan SPBU di sepanjang jalur trans
kalimantan. Hanya di ibukota dan di kecamatan tertentu yang terdapat
SPBU. Jerigen pun ku dapat dengan mudah. Ngisinya pun ngantri
dulu di SPBU. Pukul 08.00 WIB aku berangkat menuju Sampit, Kalimantan
Tengah. Pamit dulu sama tuan rumah, ehh malah dapet sangu (uang jajan). Wah asikk nih.. :D
Di perjalanan semua tampak biasa saja, jalan mulus tanpa halangan apapun
sehingga bisa memacu kendaraan mencapai 90kmj. Perjalanan ditempuh
kira-kira 4 jam. Sama seperti jarak Banjarmasin ke Palangkaraya. Hanya
saja ada beberapa ruas jalan yang masih sempit.
Jalur Palangkaraya - Sampit
Setelah di Sampit, aku menghubungi temen biker dari club Kecebong (lupa
apa kepanjangannya, hehehe). Setelah janjian dan bertemu, aku langsung
dibawa ke rumah salah satu anggotanya untuk beristirahat, makan siang
dan ngobrol santai. Malah hari tiba, kebetulan pas malam minggu,
jadi suasana kota ramai. Kopdar bareng Kecebong dan berkenalan dengan
anggota mereka. Pukul 23.00 lalu kembali ke rumah untuk beristirahat.
Minggu, 13/10. Pukul 08.00 kembali melanjutkan perjalanan menuju Simpang
Runtu, Kabupaten Kotawaringin Barat. Tidak lupa sarapan dan berpamitan
kepada teman teman biker yang menyambut. Lama perjalanan sama dengan
jarak tempuh sebelumnya yaitu sekitar 4 jam. Perjalanan pun didominasi
oleh perkebunan sawit dan perkampungan kecil. Stop and rest sebentar sambil ngisi bensin cadangan yag ada dalam jerigen di Kabupaten Seruyan. 5 menit istirahat, lanjut lagi perjalanan.
Pukul 12.00 siang, tiba di desa Pangkalan Lada, Kotawaringin Barat.
Karna sebelumnya diperintahkan orang tua untuk mampir ke rumah Pak De
Mul (Kakak ayah saya) yang ada di sini. Akhirnya aku hubungi beliau.
Akhirnya janjian di Tugu Petani SP3, Pangkalan Lada. Dijemput oleh
anaknya lalu digiring ke rumah Pak De. Setelah ngorlol ngalor ngidul
karna sudah lama sekali tidak bertemu. Lalu aku beristirahat tidur
siang setelah menyantap makan siang bersama mereka. Malam harinya karena
ada acara pernikahan di rumah tetangga dan mengadakan pasar malam serta
pertunjukan tarian dan seni lainnya yang berasal dari Jawa. Karna
penduduk setempat mayoritas berasal dari pulau Jawa.
Gerbang Kabupaten Kotawaringin Barat
Senin, 14/10. Sebelum berangkat, disarankan oleh Pak De untuk mengecek kondisi motor di bengkel. Lalu Pak De mengantar menuju bengkel terdekat. Pengecekan terutama di sisi kaki kaki motor, kondisi ban, velg, rantai dan pengereman. Setelah dicek, semua baik-baik saja, hanya mengganti tekanan udara ban dengan yag baru. Pukul 08.00 aku lanjutkan perjalanan, seelumnya telah diberi sangu, hehehe... Tak jauh dari desa Pangkalan Lada, ada persimpangan. Yaitu persimpangan menuju Pangkalan Bun, ibukota Kabupaten Kotawaringin Barat dan arah menuju Batas provinsi Kalimantan Tengah - Kalimantan Barat yang bernama Simpang Runtu. Tak jauh dari persimpangan, ada SPBU yang sedang beroperasi. Setelah mengantri cukup lama karena ramainya pembeli, aku lanjut perjalanan kurang lebih 4 jam menuju perbatasan.
Cek fisik(kayak di samsat aja)
Simpang Runtu. Batas Kalbar 300km,, weww !!!
Perjalanan didominasi oleh perkebunan sawit. Aspal baru yang wuiihhhh
mulus banget tanpa lubang. Perjalanan menuju Nanga Bulik, ibukota
Kabupaten Lamandau.
Jalan lebar di Nanga Bulik, namun masih sepi kendaraan
Akhirnya ketemu petunjuk arah Pontianak
Tiba di perbatasan Kalimantan Tengah - Kalimanta Barat pukul 12.30 WIB.
Berbeda dengan di Jawa, biasanya perbatasan antar provinsi di
sekelilingnya terdapat rest area yang menarik, parkir luas, toilet umum
dan fasilitas penunjang lainnya. Di sini hanya terdapat 2 buah warung
kecil berdekatan yang menyediakan makanan, minuman, rokok dsb. Satu
warung letaknya di Kalimantan Tengah dan yang satunya di Kalimantan
Barat. Wah unik juga nih... Warung ini biasa melayani para supir
angkutan sawit yang melintasi jalur ini.
Batas Provinsi Kalimantan Tengah - Kalimantan Barat
Nah.. dari sini menuju Pontianak ibukota Provinsi Kalimantan Barat
membutuhkan waktu sekitar 8 jam. Aku lanjutkan perjalanan dengan target
kira-kira sampai di Pontianak pukul 7 malam. Perjalanan yang ku lalui
sangat mulus, cukup sepi dan berkelok-kelok. Melewati pegunungan
Schwaner yang membatasi kedua provinsi. Di sepanjang jalan ini menuju
penyeberangan fery hanya terdapat 2 SPBU. Namun karna baru didirikan,
kedua SPBU tersebut belum beroperasi.
Perjalanan cukup melelahkan. Awalnya aku tak mengetahui jarak antara
perbatasan provinsi hingga Pontianak. Jadi aku tidak tahu perkiraan
waktu tempuhnya. Aku cuma berharap di hadapanku ada sebuah permukiman
atau pasar dimana di sana terdapat penyeberangan kapal fery. Setelah
ditunggu dan dinanti, pukul 17.30 WIB aku sudah sampai di penyeberangan
fery menuju Tayan, Kabupaten Sanggau. Cukup membayar jasa angkutan
sebesar Rp. 10.000,-. Dari penyeberangan ini, aku sudah bisa
membayangkan berapa jarak dan waktu yang kutempuh untuk mencapai
ibukota.
Naik kapal fery menuju Kecamatan Tayan, Kabupaten Sanggau.
Setelah sampai di seberang, aku lanjukan lagi perjalananku. Mengingat
cadangan bensin di tangki dan jerigen mulai tipis, aku langsung bergerak
menuju arah Pontianak. Karna tak menemukan SPBU yang beroperasi, aku
pun mengisi bensin di eceran tepi jalan. Harganya Rp. 9.000,- waktu itu
(Harga premium masih Rp.4.500,-/liter). Cukup mahal :D
Sesuai perkiraan sebelumnya, aku memasuki Kota Pontianak sekitar pukul 19.00 WIB. Langsung ambil jalur ke arah utara menuju Singkawang dari arah Tugu Alianhyang, Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Kurang lebih setengah jam setelah itu, perut pun sudah tak tahan menahan lapar. Karna hanya dibekali sarapan nasi ayam tadi pagi. Berhenti di pasar terdekat yaitu di Jungkat, Kabupaten Mempawah. Akhirnya kuputuskan untuk makan pecel ayam (sebutan untuk lalapan ayam bagi warga sini). Setelah selesai menyantap hidangan, aku kembali ke parkiran untuk melihat kondisi Cesy (motorku). Aduhh siall... ban belakang kempes alias bocorrr.... Karna tidak punya alat untuk mengatasi ban bocor, akupun bertanya kepada penjual lalapan ayam tadi untuk menanyakan dimana lokasi tukang tambal ban terdekat. Setelah diberi tahu, ternyata tidak jauh dari lokasi tempat makan tadi. Setelah berjalan menuntun sepeda motor kira kira 200 meter, kutemukan sebuah kios dan warung kecil yang di sampingnya melayani tambal ban. Untungnya masih buka, jadi gak repot-repot lagi untuk menggedor gedor pintu rumahnya,, ehhehehe...
Sesuai perkiraan sebelumnya, aku memasuki Kota Pontianak sekitar pukul 19.00 WIB. Langsung ambil jalur ke arah utara menuju Singkawang dari arah Tugu Alianhyang, Sungai Ambawang, Kabupaten Kubu Raya. Kurang lebih setengah jam setelah itu, perut pun sudah tak tahan menahan lapar. Karna hanya dibekali sarapan nasi ayam tadi pagi. Berhenti di pasar terdekat yaitu di Jungkat, Kabupaten Mempawah. Akhirnya kuputuskan untuk makan pecel ayam (sebutan untuk lalapan ayam bagi warga sini). Setelah selesai menyantap hidangan, aku kembali ke parkiran untuk melihat kondisi Cesy (motorku). Aduhh siall... ban belakang kempes alias bocorrr.... Karna tidak punya alat untuk mengatasi ban bocor, akupun bertanya kepada penjual lalapan ayam tadi untuk menanyakan dimana lokasi tukang tambal ban terdekat. Setelah diberi tahu, ternyata tidak jauh dari lokasi tempat makan tadi. Setelah berjalan menuntun sepeda motor kira kira 200 meter, kutemukan sebuah kios dan warung kecil yang di sampingnya melayani tambal ban. Untungnya masih buka, jadi gak repot-repot lagi untuk menggedor gedor pintu rumahnya,, ehhehehe...
Kira-kira pukul 21.00, Cesy pun selesai ditambal, keluar duit Rp.
8.000,-. Kali ini perjalanan tanpa rintangan. Jarak Jungkat - Singkawang
kurang dari 150km. Dan alhamdulillah sampai di Singkawang pukul 01.00
WIB. Langsung kuarahkan motorku menuju rumah. Horeeee......... Akhirnya
sampai juga... Perjalanan darat terjauh pertamaku. Hihihih...
Ok trimakasih buat yang udah membaca tulisan ini. Buat referensi teman
teman pembaca yang ingin melakukan perjalanan yang melintasi jalur ini.
Tunggu ceritaku yang lain ya... mungkin dalam beerapa bulan kedepan akan di update lagi pengalaman solo ridingku di tanah kalimantan ini ^_^
Tunggu ceritaku yang lain ya... mungkin dalam beerapa bulan kedepan akan di update lagi pengalaman solo ridingku di tanah kalimantan ini ^_^
Nasi ayam di Pasar Lama Banjarmasin
Jembatan Barito
Ikatan Motor Ceper Indonesia, Sampit.
Klub motor Banjarmasin
Spion retak saat di dalam kapal
Kondisi awal kendaraan sebelum keberangkatan
Taman di Bundaran besar, Palangkaraya
Kecebong, Sampit
0 komentar:
Posting Komentar